🦙 Pasang Surut Air Laut Tanjung Pinang
Pasangsurut air laut adalah kondisi naik turun nya permukaan air laut secara berkala.kondisi tersebut disebabkan oleh gaya gravitasi dari benda langi
Sumber BMKG* 0700 - 1900 WIB, 16 Juni 2023 Angin di Perairan Belitung, Selat Karimata, dan Selat Gelasa pada umumnya bertiup dari arah Timur laut hingga Tenggara dengan kecepatan 5 - 20 Knot. Angin di Perairan Utara Banten hingga Jawa Barat, Perairan Kep. Seribu, dan Laut Jawa bagian Barat pada umumnya bertiup dari arah Timur Laut hingga Tenggara dengan kecepatan 4 - 15 Knot. Cuaca Perairan Daerah Cuaca Angin Gelombang Teluk Jakarta Hujan Ringan Timur Laut - Tenggara, 4 - 12 knots - m Perairan Kep. Seribu Hujan Ringan Timur Laut - Tenggara, 4 - 12 knots - m Perairan Laut Jawa Bag. Barat Hujan Ringan Timur Laut - Tenggara, 5 - 15 knots - m Cuaca Pelabuhan Daerah Cuaca Angin Gelombang Visibilitas Suhu Udara Kelembaban Pasang / Surut Air Laut Tanjung Priok Hujan Ringan Timur Laut - Tenggara, 4 - 10 knots - m 8 km 26 - 31 ° C 75 - 95% Maksimum 1 terjadi pada tanggal 16-06-2023 pada pukul 1900 WIB. Minimum terjadi pada tanggal 16-06-2023 pada pukul 0700 WIB. Sunda Kelapa Hujan Ringan Tenggara - Barat Daya, 4 - 10 knots - m 8 km Marunda Hujan Ringan Tenggara - Barat Daya, 4 - 10 knots - m 8 km Kalibaru Hujan Ringan Tenggara - Barat Daya, 4 - 10 knots - m 8 km Muara Angke Hujan Ringan Tenggara - Barat Daya, 4 - 10 knots - m 8 km PPS Muara Baru Hujan Ringan Tenggara - Barat Daya, 4 - 10 knots - m 8 km *Informasi ini didapatkan dari data BMKG yang di ambil pada tanggal 16-06-2023 pukul 055911 WIB.
LangkawiGeopark. Daripada Wikipedia, ensiklopedia bebas. Pergi ke pandu arah Pergi ke carian. Langkawi UNESCO Global Geopark ialah satu-satunya geopark antarabangsa yang merangkumi hampir keseluruhan Kepulauan Langkawi, Kedah dan merupakan geopark Global UNESCO ke-52 di dunia dan pertama di Asia Tenggara .
This study aims to analyze of tidal in the Eastern Bintan Island waters, including the harmonic constant value, water level elevation and type of tidal. This study used tidal observation data obtained from the Badan Informasi Geospasial BIG during 2015-2019. The tidal harmonic constant value is calculated using the Admiralty method, which is one of the harmonic methods that calculates the mean sea level and the sinuoidal function. Admiralty calculations used schemes and tables which are operationalized by Excel software. The water level field observation was carried out in August 2020 with the Tide master instrument. The analysis results obtained 9 harmonic constants which are then used to determine the Formzahl number and water level elevation. Furthermore, the calculation results of harmonic constants and water level elevations are used in tidal forecasting for the next 8 months using Worldtides software. The results showed that the Eastern Bintan Island waters had a tye of Mixed Tide Prevailing Semi Diurnal. Meanwhile, the water level elevation has a Mean High Water Spring MHWS of cm SE± Mean High Water Level MHWL of cm SE ± Mean Sea Level MSL value was cm SE± Mean Low Water Level MLWL was cm SE± and Mean Low Water Spring MLWS was 133 cm SE± Tide prediction accuracy test results obtained RMSE value generated at These results indicate a small error rate, it can be used as a reference for development planning in the Eastern Bintan Island waters. Keywords Admiralty, Eastren Bintan Island, Tidal, Water level elevation ABSTRAK Penelitian ini bertujuan menganalisis karakteristik pasang surut di Perairan Pulau Bintan Bagian Timur mencakup nilai konstanta harmonik, elevasi muka air dan tipe pasang surut. Penelitian menggunakan data observasi pasang surut yang diperoleh dari Badan Informasi Geospasial BIG selama tahun 2015-2019. Nilai konstanta harmonik pasang surut dihitung menggunakan metode Admiralty, yakni merupakan salah satu dari metode harmonic yang perhitungannya melibatkan kedudukan permukaan air laut rata-rata dan fungsi sinuoidal. Perhitungan Admiralty menggunakan bantuan skema dan Tabel yang dioperasionalkan dengan perangkat lunak Excel. Pengamatan lapang tinggi air dilakukan pada Bulan Agustus 2020 dengan instumen Tide master. Hasil analisis diperoleh 9 konstanta harmonik yang selanjutnya digunakan untuk menentukan bilangan Formzahl dan elevasi muka air. Selanjutnya hasil perhitungan konstanta harmonik dan elevasi muka air digunakan dalam peramalan pasang surut untuk 8 bulan kedepan menggunakan perangkat lunak Worldtides. Hasil penelitian menunjukan wilayah peraian Pulau Bintan Bagian Timur memiliki tipe pasang surut campuran condong harian ganda. Sedangkan elevasi tinggi muka air memiliki rerata tinggi muka air pada saat pasang purnama MHWS sebesar 403,2 SE±3,2 cm, rata-rata MHWL sebesar 381,6 SE±3,47 cm, rata-rata nilai MSL 268,2 SE±3,1 cm, rata-rata MLWL 154,6 SE±2,77 cm dan rata-rata MLWS sebesar 133 SE±3,1 cm. Hasil uji akurasi prediksi pasang surut diperoleh nilai RMSE yang dihasilkan sebesar 0,098. Hasil ini menunjukan tingkat kesalahan yang kecil, dapat digunaan sebagai bahan referensi untuk perencanaan pembangunan di perairan Pulau Bintan Bagian Timur. Kata kunci Admiralty, Elevasi muka air, Pasang surut, Pulau Bintan Bagian Timur Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Jurnal Kelautan Volume 14, No. 1, 2021 ISSN 1907-9931 print, 2476-9991 online 58 KARAKTERISTIK PASANG SURUT DI PERAIRAN PULAU BINTAN BAGIAN TIMUR MENGGUNAKAN METODE ADMIRALTY CHARACTERISTIC OF TIDAL IN THE EASTERN BINTAN ISLAND WATERS USING ADMIRALTY METHODS Khairunnisa1, Dony Apdillah1,3,4 *, Risandi Dwirama Putra2 1Jurusan Ilmu Kelautan, Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang 2Jurusan Teknik Perkapalan, Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang 3Program Studi Magister Ilmu Lingkungan, Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang 4Pusat Penelitian Sumberdaya Pesisir dan Lautan, Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang *Corresponding author e-mail donyapdillah Submitted 13 February 2020 / Revised 22 April 2021 / Accepted 28 April 2021 ABSTRACT This study aims to analyze of tidal in the Eastern Bintan Island waters, including the harmonic constant value, water level elevation and type of tidal. This study used tidal observation data obtained from the Badan Informasi Geospasial BIG during 2015-2019. The tidal harmonic constant value is calculated using the Admiralty method, which is one of the harmonic methods that calculates the mean sea level and the sinuoidal function. Admiralty calculations used schemes and tables which are operationalized by Excel software. The water level field observation was carried out in August 2020 with the Tide master instrument. The analysis results obtained 9 harmonic constants which are then used to determine the Formzahl number and water level elevation. Furthermore, the calculation results of harmonic constants and water level elevations are used in tidal forecasting for the next 8 months using Worldtides software. The results showed that the Eastern Bintan Island waters had a tye of Mixed Tide Prevailing Semi Diurnal. Meanwhile, the water level elevation has a Mean High Water Spring MHWS of cm SE± Mean High Water Level MHWL of cm SE ± Mean Sea Level MSL value was cm SE± Mean Low Water Level MLWL was cm SE± and Mean Low Water Spring MLWS was 133 cm SE± Tide prediction accuracy test results obtained RMSE value generated at These results indicate a small error rate, it can be used as a reference for development planning in the Eastern Bintan Island waters. Keywords Admiralty, Eastren Bintan Island, Tidal, Water level elevation ABSTRAK Penelitian ini bertujuan menganalisis karakteristik pasang surut di Perairan Pulau Bintan Bagian Timur mencakup nilai konstanta harmonik, elevasi muka air dan tipe pasang surut. Penelitian menggunakan data observasi pasang surut yang diperoleh dari Badan Informasi Geospasial BIG selama tahun 2015-2019. Nilai konstanta harmonik pasang surut dihitung menggunakan metode Admiralty, yakni merupa-kan salah satu dari metode harmonic yang perhitungannya melibatkan kedudukan permukaan air laut rata-rata dan fungsi sinuoidal. Perhitungan Admiralty menggunakan bantuan skema dan Tabel yang dioperasionalkan dengan perangkat lunak Excel. Pengamatan lapang tinggi air dilakukan pada Bulan Agustus 2020 dengan instumen Tide master. Hasil analisis diperoleh 9 konstanta harmonik yang se-lanjutnya digunakan untuk menentukan bilangan Formzahl dan elevasi muka air. Selanjutnya hasil perhitungan konstanta harmonik dan elevasi muka air digunakan dalam peramalan pasang surut untuk 8 bulan kedepan menggunakan perangkat lunak Worldtides. Hasil penelitian menunjukan wilayah peraian Pulau Bintan Bagian Timur memiliki tipe pasang surut campuran condong harian ganda. Se-dangkan elevasi tinggi muka air memiliki rerata tinggi muka air pada saat pasang purnama MHWS sebesar 403,2 SE±3,2 cm, rata-rata MHWL sebesar 381,6 SE±3,47 cm, rata-rata nilai MSL 268,2 SE±3,1 cm, rata-rata MLWL 154,6 SE±2,77 cm dan rata-rata MLWS sebesar 133 SE±3,1 cm. Hasil uji akurasi prediksi pasang surut diperoleh nilai RMSE yang dihasilkan sebesar 0,098. Hasil ini Jurnal Kelautan, 141, 58-69 2021 59 menunjukan tingkat kesalahan yang kecil, dapat digunaan sebagai bahan referensi untuk perencanaan pembangunan di perairan Pulau Bintan Bagian Timur. Kata kunci Admiralty, Elevasi muka air, Pasang surut, Pulau Bintan Bagian Timur PENDAHULUAN Pengetahuan terkait dinamika gerak muka air ini dapat memberikan gambaran umum tentang frekuensi terjadinya pasang atau surut yang ter-jadi pada satu atau dua kali dalam sehari, dan juga dapat memberikan gambaran umum untuk merencanakan aktifitas pada suatu lokasi di sekitar perairan Nurisman et al., 2012. Penge-tahuan pasang surut sangat penting dikaji guna untuk berbagai aktivitas yang berkaitan dengan pelayaran dan keselamatan navigasi Sangkop et al., 2015; Irawan, 2016; Tanto et al., 2016 rencana pembangunan pelabuhan Irawan, 2017; Pratama et al., 2015; Fadilah et al., 2014, bidang pertahanan nasional Trismadi et al., 2016, pengembangan pariwisata bahari Ondara et al., 2017. Selain itu pengetahuan pasang surut juga akan mempengaruhi cara hidup, cara kerja dan bahkan budaya masyara-kat yang hidup di wilayah tersebut. Metode admiralty merupakan salah satu dari beberapa metode dalam nalisis pasang surut yang mampu menguraikan karakterisitk level muka air mencakup informasi konstanta har-monik pasang surut, elevasi muka air dan tipe pasang surut Hendri et al., 2019; Wicaksono et al., 2016; Supriyono et al., 2015; Korto et al., 2015 umumnya digunakan dalam perencanaan bangunan pantai maupun untuk berbagai aktivitas lainnya. Motode ini memiliki beberapa kelebihan diantaranya akurasi yang baik dan dapat menggunakan data pengama-tan pasut dalam deret waktu waktu pendek, menghasilkan sembilan komponen pasang surut. Metode admiralty juga memiliki kelebihan dalam hasil penentuan nilai bilangan Formzal lebih mendekati atau berkesesuaian dengan nilai referensi Sangkop et al., 2015; Hendri et al., 2012. Pulau Bintan bagian Timur merupakan salah satu destinasi wisata bahari utama di Provinsi Kepulauan Riau. Perairan pesisir Pulau Bintan telah sejak lama dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan ekonomi, seperti wisata bahari, jalur pelayaran, lokasi penangkapan ikan, budidaya dan daerah perlindungan laut Helfinalis et al., 2020. Meningkatnya kegiatan pembangunan di Pulau Bintan bagian timur sebagai wilayah potensial pertumbuhan ekonomi baru, telah meningkatkan aktivitas kegiatan pembangunan di wilayah pesisirnya, seperti pembangunan pelabuhan untuk transportasi antar pulau, pem-bangunan bangunan resort di tepi pantai hotel dan restoran, permukiman, dan aktifitas pem-bangunan fisik lainnya yang mendukung desti-nasi wisata bahari Irawan, 2013. Oleh karena itu, untuk mendukung pembangunan tersebut dibutuhkan suatu informasi karakteristik dan dinamika muka air laut, namun sampai saat ini informasi pasang surut di Pulau Bintan masih minim, sulit diakses oleh masyarakat, selain itu gerak muka air atau pasang surut di Perairan Pulau Bintan menarik untuk dikaji melihat letak geografis Pulau Bintan berdekatan dengan Selat Malaka dan Laut Cina Selatan. Dua sum-ber masuknya massa air ini tentu akan menjadi-kan karakteristik pasang surut yang unik di Perairan Pulau Bintan. Pentingnya pengetahuan mengenai karakteris-tik pasang surut, membuat penelitian ini ber-fokus pada pemahaman komponen harmonik pembangkit pasang surut, tipe pasang surut dan elevasi muka air di Perairan Pulau Bintan Bagian Timur. Pemahaman karakteristik pasang surut penting dalam prediksi tinggi muka air secara akurat, guna merencanakan aktivitas navigasi pelayaran, hidrografi, perencanaan pembangunan dermaga dan pen-dukung data perjalanan ecotourism di Perairan Pulau Bintan Bagian Timur. MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Desember 2020 berlokasi di Pulau Bintan Bagian Timur Gambar 1. Penelitian ini menggunakan data sekunder tinggi air yang be-rasal dari Badan Informasi Geospasial BIG dengan interval waktu pengamatan selama 1 satu jam mulai dari tahun 2015 sampai 2019. Sementara itu data primer berupa tinggi air pengamatan lapangan diukur dengan menggunakan instrumen tide master pada bu-lan Agustus 2020. Tide master tipe Valeport 52852 merupakan alat pengukur tinggi air port-able dengan longer unit, yakni mampu menyim-pan data panjang, terdiri dari tranduser dan panel display Gambar 2. Instrumen ini bekerja dengan prinsip pengukuran tekanan dalam air yang dikonversi menjadi tinggi air. Transducer di tempatkan pada dasar perairan yang selalu tergenang air walaupun pada saat surut terendah, kemudian data yang direkam diatur dalam interval 1 jam disimpan pada data logger. Sfesifikasi instrument disajikan pada Tabel 1. Khairunnisa et al., Karakteristik Pasang Surut di Perairan 60 Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian Gambar 2. Valeport Tide Master yang digunakan Tabel 1. Sfesifikasi Peralatan pengukur pasang surut Valeport Tide Master Pengukur regangan berventilasi, bahan stainless Standar 10 dBar 10 m, dengan panjang kabel 20m Held within logging unit. Housing 47mm x 110mm x 197mm Metode Admiralty Metode Admiralty merupakan salah satu dari metode harmonik, dimana dalam perhitungannya melibatkan kedudukan muka air laut rata-rata dan fungsi sinuoidal. Proses perhitungan dengan metode Admiralty dil-akukan secara sistematik dengan bantuan tabel dan skema Supriyadi et al., 2018. Dia-gram alir analisis data dengan tabel dan skema disajikan pada Gambar 3. Jurnal Kelautan, 141, 58-69 2021 61 Gambar 3. Diagram Alir Pengolahan Data menggunakan Tabel dan Skema Analisis data pasang surut dengan metode ad-miralty mempunyai tiga tahapan yaitu; Tahap pertama, kedua dan ketiga yang disusun mulai dari skema 1 sampai dengan skema 8 Su-priyadi et al., 2008; Adibrata, 2007. Tahap per-tama; yaitu dengan cara memisahkan kompo-nen – komponen utama pasang surut berdasar-kan hariannya. Tahap kedua; yaitu dengan cara memisahkan komponen – komponen utama pasang surut berdasarkan bulannya. Tahap ke-tiga; yaitu diperolehnya nilai ketinggian Mean Sea Level S0 serta nilai konstanta utama pasang surut seperti M2, S2, N2, K1, O1, M4, MS4, K2, dan P1. Proses perhitungan 9 kom-ponen pasut tersebut dilakukan untuk data 29 piantan/hari, mulai dari tanggal 1 Januari sam-pai 29 Januari 2015, selanjutnya dilakukan perhitungan yang sama untuk bulan Februari hingga Desember 2015. Begitu pula untuk data tahun 2016 hingga 2019 semua dilakukan pada 29 hari piantan sehingga didapat 12 kali ulangan untuk setiap tahunnya. Kemudian data hasil perhitungan komponen harmonik pasut dirata-ratakan untuk memperoleh komponen pasang surut tahunan. Analisis Elevasi Pasang Surut Parameter elevasi pasang surut penting yang diukur meliputi; MSL Mean Sea Level, MHWS Mean High Water Spring, MHWL Mean High Water Level , MLWL Mean Low Water Level dan MLWS Mean Low Water Spring. Dari pa-rameter datum di atas, MHWS dan MLWS merupakan parameter penting dalam menen-tukan perencanaan pembangunan suatu wila-yah perairan karena mengacu kepada keting-gian air tertinggi dan terendah di suatu pelabuhan Supriyadi et al., 2018. Elevasi pasang surut dapat ditentukan menggunakan komponen pasang surut melalui perhitungan rumus-rumus pada Tabel 2 mengacu pada Wuaten et al., 2018 dan Supriyadi et al., 2018. Tabel 2. Perhitungan Elevasi Pasang Surut Khairunnisa et al., Karakteristik Pasang Surut di Perairan 62 Analisis Tipe Pasang Surut Nilai komponen harmonik pasang surut kemudian digunakan untuk mendapatkan bilangan formzahl untuk menentukan tipe pasang surut dengan rumus Supriyadi et al., 𝐹 = 𝑂1+ 𝐾1𝑀2+𝑆2…………………………1 Dimana F merupakan Bilangan Formzahl, K1 adalah konstanta harmonik pasang surut diur-nal akibat gaya tarik matahari dan bulan, O1 adalah konstanta harmonik pasang surut diur-nal akibat gaya tarik bulan, M2 merupakan kon-stanta harmonik pasang surut semi diurnal aki-bat gaya tarik bulan dan S2 adalah konstanta harmonik pasang surut semi diurnal akibat gaya tarik matahari. Hasil perhitungan nilai bilangan Formzahl kemudian digunakan untuk menentukan jenis atau tipe pasang surut pada perairan Tabel 3 mengacu pada Supriyadi et al., 2018 degan kriteria sebagai berikut Tabel 3. Tipe Pasang Surut berdasarkan Bilangan Formzahl Pasang Surut Harian Ganda Pasang Surut Campuran Condong Harian Ganda Pasang Surut Campuran Condong Harian Tunggal Pasang Surut Harian Tunggal HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Level Muka Air Laut Tinggi level muka air laut di perairan Bintan Ba-gian Timur menunjukkan bahwa pada tahun 2015 samapai 2019 mencapai 382 cm dan level muka air laut terendah sebesar 155 cm dengan tinggi level muka air rata – rata sebesar 268 cm. Fluktuasi level muka air laut terbesar terjadi pada tahun 2019, terutama disebabkan oleh pengaruh jarak bulan dengan bumi dan posisi bumi, bulan dan matahari yang saling sejajar. Kedua fenomena tersebut dapat menyebabkan terjadinya level air pasang yang tinggi dan level air surut yang rendah. Fluktuasi rinci level muka air laut disajikan pada Gambar 4. Komponen Harmonik Pasang Surut Berdasarkan data tinggi level muka air di Perairan Bintan Bagian Timur maka dihasilkan komponen harmonik pasang surut yang disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Hasil Analisis Komponen Harmonik Pasang Surut untuk Bulan Desember Berdasarkan hasil perhitungan komponen harmonik pasang surut, dapat diketahui bahwa komponen dominan yang membangkitkan pasang surut di perairan Pulau Bintan Bagian Timur sangat dipengaruhi oleh komponen M2 yakni sebesar cm sedangkan komponen terendah terdapat pada komponen S2 komponen harian ganda akibat pengaruh matahari sebesar cm. Berdasarkan data level muka air nilai komponen pasang surut dominan dipengaruhi komponen M2 komponen harian ganda akibat pengaruh bulan, nilai komponen tersebut lebih dominan di banding komponen lainnya dimana kisarannya berkisar dari 112,10 – 114,79 cm. Sementara itu komponen pasang surut terendah terdapat pada komponen S2 komponen harian ganda akibat pengaruh matahari dengan kisaran 19,97 – 22,68 cm. Sedangkan untuk komponen MS4 komponen campuran akibat pengaruh matahari dan bulan memiliki nilai yang juga besar dengan nilai kisaran 96,89 – 117,33 cm, hal ini sebagai petunjuk bahwa perubahan faktor kontur kedalaman berpengruh terhadap kondisi pasang surut di perairan Pulau Bintan Bagian Timur. Hal ini diperkuat oleh pendapat Wijaya dan Yanuar 2019 menyatakan bahwa komponen M2 merupakan komponen harmonik pasang surut utama dari bulan dan komponen S2 merupakan komponen pasut utama dari matahari. Perbandingan dari keduanya memperlihatkan kekuatan pasang surut yang dibangkitkan oleh matahari dan bulan di suatu kawasan perairan. Pada komponen N2, O1 dan K1 merupakan komponen pembangkit pasang surut harian Jurnal Kelautan, 141, 58-69 2021 63 tunggal nilainya cukup tinggi, dimana N2 sebesar 97,42 – 100,56 cm, O1 dengan nilai kisaran 66,31 – 74,81 cm, dan K1 sebesar 28,28 – 29,15 cm yang menunjukan bahwa pengaruh pembangkit pasang surut harian tunggal cukup berpengaruh. Menurut Ramp-engan 2013 besaran nilai amplitudo dari kom-poen pasang surut di suatu perairan merupa-kan pengaruh faktor dari tenaga pembangkit-nya, pergerakan pasang surut di suatu perairan dapat terjadi dalam bentuk penjalaran gelom-bang, hal ini dapat memberikan pengaruh pada besaran nilai amplitudo dari tiap komponen har-monik pasang surut sebagai akibat dari topo-grafi dasar perairan dan garis pantai dari suatu perairan. Kondisi perairan yang memiliki tipe pasang surut campuran condong harian ganda lebih di dominasi oleh satu atau dua siklus pasang surut dalam satu hari dengan keting-gian air pada saat pasang maupun surut ber-beda, namun dalam waktu tertentu terkadang terjadi satu siklus pasang surut. Faktor – faktor yang dapat mempengaruhi dinamika pasang surut mulai dari rotasi bumi, revolusi bulan ter-hadap matahari, revolusi bumi terhadap ma-tahari, topografi dasar laut, lebar dan bentuk selat atau teluk, kedalaman dan luas perairan Siswanto 2012; Rahmawati et al 2015. Gambar 4. Tinggi level muka air di Perairan Bintan Bagian Timur untuk bulan Desember tahun 2015-2019 Bilangan Formzahl dan Tipe Pasut Berdasarkan hasil perhitungan komponen har-monik pasang surut maka diperoleh nilai bilangan formzahl. Bilangan formzahl digunakan sebagai dasar untuk penentuan tipe pasang surut. Hasil perhitungan formzahl menunjukan bahwa Perairan Bintan Bagian Ti-mur memiliki tipe pasang surut campuran con-dong ke harian ganda Mixed Tide, Prevailing Semi Diurnal dimana pasang surut tipe ini merupakan pasang surut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari tetapi terkadang terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dengan memiliki tinggi dan waktu yang berbeda. Tipe pang surut campuran condong Khairunnisa et al., Karakteristik Pasang Surut di Perairan 64 ke harian ganda di perairan Pulau Bintan Ba-gian Timur ini disebabkan karena pengaruh massa air pasang surut dari Laut Cina Selatan dan Selat Malaka yang merambat masuk ke Selat Karimata melalui Perairan Pulau Bintan Bagian Timur. Kondisi batimetri di Pulau Binan yang relative dangkal diduga menyebabkan massa air pasang yang merambat masuk mengalami perubahan tipe pasang surut. Hasil dari perhitungan bilangan formzahl secara rinci disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Hasil Perhitungan Bilangan Formzahl dan Tipe Pasut Pasang Surut Campuran Condong Harian Ganda Pasang Surut Campuran Condong Harian Ganda Pasang Surut Campuran Condong Harian Ganda Pasang Surut Campuran Condong Harian Ganda Pasang Surut Campuran Condong Harian Ganda Hasil perhitungan niilai bilangan formzahl tahun 2015 sampai 2019 berluktuasi dengan kisaran 0,66 – 0,77 dengan rata-rata nilai bilangan Formzahl sebesar 0,74 Stdev±0,03. Nilai Formzahl terbesar diperoleh pada tahun 2015 dan 2016 dengan nilai yang sama yakni sebe-sar 0,77. Sementara itu nilai bilangan formzahl terkecil dihasilkan pada tahun 2019 dengan nilai 0,66. Namun kisaran nilai tersebut masih berada dalam interval dengan tipe pasang surut campuran condong harian ganda yang di pengaruhi oleh gaya tarik bulan. Elevasi Muka Air Laut Hasil analisis kondisi elevasi muka air laut di Perairan Pulau Bintan Bagian Timur menunjukkan bahwa nilai elevasi muka air rel-ativ berfluktuasi dari tahun 2015 – 2019. MSL menunjukan nilai rata-rata muka air laut, dimana pada tahun 2015 sebesar 260 cm, tahun 2016 sebesar 264 cm, tahun 2017 sebesar 267 cm, tahun 2018 sebesar 278 cm dan pada tahun 2019 sebesar 272 cm Tabel 6. Nilai MHWS menunjukan rata-rata pasang tertinggi pada saat purnama dengan nilai sebesar 395 - 412 cm. MHWL merupakan rerata dari muka air tertinggi selama periode satu siklus pasang surut, nilai MHWL sebesar 372 - 392 cm. Nilai MLWL menunjukan rerata muka air terendah selama siklus pasang surut dengan nilai 148 - 164 cm. MLWS merupakan rata – rata air rendah pada saat pasang pur-nama, dengan elevasi sebesar 125 - 144 cm. Tinggi elevasi muka air secara rinci disajikan pada Gambar 5, dan fluktuasi elevasi tahunan disajkan pada Gambar 6. Tabel 6. Hasil Analisis rata-rata Elevasi Muka Air Tahun 2015 -2019 Rata-rata Standard Deviasi Jurnal Kelautan, 141, 58-69 2021 65 Gambar 5. Grafik Elevasi Muka Air Laut pada Tahun 2015-2019 Sebelah kanan merupakan inset data untuk bulan Desember Khairunnisa et al., Karakteristik Pasang Surut di Perairan 66 Berdasarkan hasil perhitungan deret waktu dari elevasi muka air di Pulau Bintan Bagian Timur diperoleh rata-rata MHWS sebesar 403,2 SE±3,2 cm, rata-rata MHWL sebesar 381,6 SE±3,47 cm, rata-rata nilai MSL 268,2 SE±3,1 cm, rata-rata MLWL 154,6 SE±2,77 cm dan rata-rata MLWS sebesar 133 SE±3,1 cm. Informasi elevasi muka air laut diperlukan dalam perencanaan pengembangan daerah pantai dan laut. Pembangunan kontruksi pada derah pantai di Pulau Bintan seperti dermaga, jetty dan resort di pinggir pantai maupun keram-bah jaring tancap kelong sangat memerlukan informasi dari elevasi muka air. Menurut Wicaksono et al., 2016 dan Fadilah et al., 2014 data elevasi muka air laut dari pasang surut dapat dimanfaatkan untuk kepentingan ilmiah seperti konstruksi bangunan di perairan, untuk itu diperlukan data pasang surut berupa elevasi muka air laut yang terdiri dari Mean Sea Level MSL, Mean High Water Level MHWL dan Mean Low Water Level MLWL dalam perencanaan, pengel-olaan dan pengembangannya. Nilai MHWL sendiri di perlukan untuk perencanaan bangunan pantai, sedangkan nilai MLWL di perlukan untuk perencanaan pembangunan pelabuhan seperti kedalaman kolam pelabuhan, dan kedalaman alur pelayaran yang di perhitungkan terhadap keadaan muka air ter-endah, draft kapal, serta kelonggaran bawah. Elevasi lantai dermaga, elevasi puncak pemecah gelombang diperhitungkan pada saat keadaan muka air tinggi tertinggi, dan disamping faktor – faktor lain seperti kenaikan ai. Menurut Hamzah et al., 2017 pengaruh as-tronomis yang dapat mempengaruhi pasang surut ialah fase umur bulan, dan jarak benda langit terhadap bumi. Jarak benda langit ter-hadap bumi tentu sangat mempengaruhi pasang surut, dimana semakin dekat jarak benda langit dengan bumi, maka semakin be-sar pengaruh yang ditimbulkan begitu juga dengan sebaliknya semakin jauh jarak benda langit dengan bumi, maka semakin kecil pengaruh yang ditimbulkan. Secara teoritis, Panjang data yang dibutuhkan untuk menghi-tung nilai elevasi yang lebih valid ialah 18,6 ta-hun yang merupakan periode ulang pasang surut, dimana sangat berkaitan dengan pergeseran titik tanjak orbit bulan dan untuk memastikan bahwa pada saat astronomis ter-endah selang waktu 18,6 tahun berada dalam satu periode gelombang. Gambar 6. Fluktuasi Elevasi Muka Air Laut salama Tahun 2015-2019 Hasil Pengamatan Lapangan Berdasarkan hasil pengamatan lapangan selama 5 hari pada tanggal 13 sampai 18 agustus 2020 di Perairan Bintan Bagian Timur, dihasilkan tinggi level muka air laut tertinggi sebesar 303 cm dan level muka air laut teren-dah mencapai 148 cm dengan elevasi muka air laut rata - rata sebesar 252 cm. Hasil pengama-tan lapangan level mukai air pasang surut disajikan lebih rinci pada Gambar 7. Jurnal Kelautan, 141, 58-69 2021 67 Gambar 7. Level Muka Air Data Pengamatan Lapangan 2020 Berdasarkan hasil perhitungan bilangan formzahl dengan nilai sebesar 0,57 dapat diketahui tipe pasang surut pada perairan Pu-lau Bintan Bagian Timur adalah pasang surut campuran condong ke harian ganda Mixed Tide, Prevailing Semi Diurnal. Hal ini berkesesuaian dengan hasil perhitungan yang telah dilakukan menggunakan data BIG selama periode tahun 2015-2019. Bilangan Formzahl hasil pengamatan lapangan lebih kecil bila dibandingkan dengan perhitungan data pasang surut yang bersumber dari BIG dengan kisaran 0,66 - 0,77. Perbedaan nilai bilangan Formzahl hasil pengamatan lapangan lebih disebabkan oleh waktu pengukuran yang relative pendek, yakni selama 5 piantan, namun secara umum nilai tersebut masih berada dalam inter-val untuk kriteria jenis pasut yang sama. Hasil jenis tipe pasut di Perairan Bintan juga telah dilaporkan oleh Irawan 2017, yang mengambil lokasi pengamatan di Teluk Sasah bagain barat laut Pulau Bintan dengan hasil bilangan Formzhal sebesar 1,34 dan tipe pasut campuran condong ke harian ganda. Selanjutnya Simanjuntak et al 2016 juga telah melakukan penelitian di perairan Malang Rapat, Kabupaten Bintan dengan hasil pasut bertipe campuran condong ke harian ganda dengan nilai Formzahl sangat mendekati dengan hasil penelitian ini. Uji Akurasi Prediksi Pasang Surut Hasil analisis komponen harmoniik pasang surut yang telah diperoleh dari data BIG tahun 2019 kemudian dilakukan uji akurasi prediksi dengan menggunakan perangkat lunak World Tides yang di jalankan di perangkat lunak Matlab R2012B. Peramalan pasang surut dil-akukan selama 8 bulan kedepan dimulai dari bulan Januari sampai Agustus 2020. Plotting antara data pengamatan lapangan dan data peramalan akan menghasilkan nilai residual yang digunakan dalam menghitung nilai Root Mean Square Error RMSE. Grafik hasil uji akurasi menggunakan perangkat lunak World Tides dapat dilihat dalam Gambar 8. Gambar 8. Prediksi Level Muka Air garis merah merupakan level air data pengamatan, garis biru level air yang dibangkitkan oleh pengaruh astronomis, garis hijau merupakan nilai residual dari per-bandingan level air hasil pengamatan dan pengaruh astronomis Khairunnisa et al., Karakteristik Pasang Surut di Perairan 68 Nilai RMSE yang dihasilkan sebesar 0,098. Nilai RMSE dihitung sebagai perbedaan kuad-rat terkecil antara data hasil lapangan dengan data peramalan tinggi level muka air. Perbe-daan besaran nilai tersebut ditunjukan sebagai informasi residual. Semakin besar nilai residual maka semakin besar niilai RMSE yang dihasilkan demikian pula sebaliknya. Berdasar-kan hasil ini menunjukan nilai RMSE yang dihasilkan kecil sehingga dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk perencanaan pembangunan di perairan Pulau Bintan Bagian Timur. KESIMPULAN DAN SARAN Perairan Bintan Bagian Timur memiliki tipe pasang surut yang diklasifikasikan sebagai pasang surut campuran condong harian ganda dengan rata-rata nilai bilangan Formzahl sebesar 0,74 Stdev±0,03. Pembangkit utama pasang surut di perairan ini didominasi oleh oleh 3 faktor utama yakni gaya tarik bulan M2, pengaruh campuran dari matahari dan bulan MS4 dan selanjutnya pengaruh komponen harian tunggal N2. Nilai elevasi muka air laut di Perairan Pulau Bintan Bagian Timur relatif berfluktuasi dari tahun 2015 – 2019 dengan nilai rata-rata MSL sebesar 268,2 cm, nilai rata-rata MHWS pasang tertinggi pada saat purnama sebesar 403,2 cm, MHWL rerata muka air tertinggi selama periode satu siklus pasang surut sebesar 381,6 cm, nilai MLWL rerata muka air terendah selama siklus pasang surut 154,6 cm dan MLWS rata-rata air rendah pada saat pasang purnama sebesar 133 cm. Hasil uji akurasi prediksi pasang surut diperoleh nilai RMSE yang dihasilkan sebesar 0,098. Hasil nilai RMSE ini menunjukan tingkat kesala-han yang kecil sehingga dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk perencanaan pembangunan di perairan Pulau Bintan Bagian TImur. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan Terima Kasih disampikan kepada Ba-dan Informasi Geospasial yang telah menye-diakan data terbuka yang dapat diakses melalui website, BMKG Tanjungpinang yang telah membantu dalam bimbingan teknis operasional metode Admiralty, Laboratorium Oceanografi dan Telematika yang telah menyediakan fasili-tas peralatan observasi lapangan. Tim lapan-gan Sdr. Mulyadi yang telah membantu selama akuisisi data pasang surut dan Anonimous Re-viewer yang telah telah memberikan masukan untuk kesempurnaan isi naskah ini. DAFTAR PUSTAKA Adibrata, S. 2007. Analisis Pasang Surut Di Pulau Karampuang Provinsi Sulawesi Barat Tide Analysis In Karampuang Island Of West Sulawesi Province. Jurnal Sumberdaya Perairan, 1, 1–6 [BIG] Badan Informasi Geospasial. Prediksi Pasang Surut. Tersedia pada Fadilah, F., Suripin, S., & Sasongko, D. P. 2014. Menentukan tipe pasang surut dan muka air rencana perairan laut Kabupaten Bengkulu Tengah menggunakan metode admiralty. Maspari journal, 61, 1-12. Helfinalis, Witasari, Y., & Prasetyo, S. 2020. Adaptasi Masyarakat Nelayan terhadap kerentanan fisik Peisir PulauBintan. JFMR Journal of Fisheries and Marine Research, 43, 428-435. Hendri, A., Fauzi, M., Ahmad, R., Ongko, A., & Almanna, F. 2019. The simulation of the observation data in predicting tidal patterns using the Admiralty method in Dumai’s harbour. In MATEC Web of Conferences Vol. 276, p. 04020. EDP Sciences. Hendri, A., Fauzi, M., Safitri, W. 2012. Kajian Pengaruh Awal Data Pasang Surut Terhadap Nilai Komponen Pasang Surut Metode Admiralty. Jurnal Sains dan Teknologi. 111, 34-39. Irawan, S. 2017. Kondisi hidro-oseanografi perairan Pulau Bintan studi kasus perairan Teluk Sasah. Jurnal Kelautan Indonesian Journal of Marine Science and Technology, 101, 41-53. Irawan, S. 2016. Pemetaan Pasang Surut dan Arus Laut Pulau Batam dan Pengaruhnya Terhadap Jalur Transportasi Antarpulau. Jurnal Kelautan Indonesian Journal of Marine Science and Technology, 91, 32-42. Irawan, A. B. 2013. Valuasi Daya Dukung Fungsi Lindung di Pulau Bintan Propinsi Kepulauan Riau. Jurnal Sains & Teknologi Lingkungan, 51, 48-65. Korto, J., Jasin, Mamoto, 2015. Analisis Pasang Surut di Pantai Nuangan Desa Iyok Botim dengan Khairunnisa et al., Karakteristik Pasang Surut di Perairan 69 Metode Admiralty. Jurnal Sipil Statik, 36, 391-402. Jurnal Kelautan, 141, 58-69 2021 70 Nurisman, N., Fauziyah., Surbakti, H. 2012. Karakteristik Pasang Surut di Alur Pelayaran Sungai Musi Menggunakan Metode Admiralty. Maspari Journal, 41, 110-115. Ondara, K., Rahmawan, G. A., & Wisha, U. J. 2017. Karakteristik hidrodinamika di perairan Teluk Ambon untuk mendukung wisata selam. Jurnal Kelautan Indonesian Journal of Marine Science and Technology, 101, 67-77. Pratama, A. D., Indrayanti, E., & Handoyo, G. 2015. Peramalan pasang surut di perairan pelabuhan kuala stabas, krui, lampung barat. Journal of Oceanography, 42, 508-515. Rahmawati, W., Handoyo, G., Rochaddi, B. 2015. Kajian Elevasi Muka Air Laut di Pantai Kartini Jepara. Jurnal Oseanografi, 42, 487-491. Rampengan, 2013. Amplitudo Konstanta Pasang Surut M2, S2, K1 dan O1 di Perairan Sekitar Kota Bitung Sulawesi Utara. Jurnal Ilmiah Platax, 13, 118-124. Sangkop, N., Mamoto, Jasin, 2015. Analisis Pasang Surut di Pantai Bulo Desa Rerer Kecamatan Kombi Kabupaten Minahasa dengan Metode Admiralty. Tekno, 1363, 60-69. Simanjuntak, D., Putra, R. D., UMRAH, F., & Pratomo, Pmetaan Lama Ketergenangan Zona Intertidal di Pantai Timur Bintan Desa Malang Rapat. Repository Jurnal umrah. Siswanto, 2012. Studi Karakteristik Pasang Surut di Perairan Selat Madura Pasca Jembatan Suramadu. Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi. Supriyadi, E., Siswanto., Pranowo, 2018. Analisis Pasang Surut di Perairan Pameungpeuk, Belitung, dan Sarmi Berdasarkan Metode Admiralty. Metereologi dan Geofisika, 91, 29-38. Supriyono., S. Pranowo, Widodo., Rawi, Sofyan., Herunadi, B. 2015. Analisa dan Perhitungan Prediksi Pasang Surut Menggunakan Metode Admiralty dan Metode Least Square Studi Kasus Perairan Tarakan dan Balik Papan. Jurnal Chart Datum, 11, 35-39. Trismadi, T., Lesmana, N. B., & Prahasta, E. 2016. Visualisasi dan Analisis Peta Laut Militer untuk Pengembangan Strategi Pertahanan di Laut Studi Kasus Perairan Pulau Baai Bengkulu. Jurnal Chart Datum, 21, 47-56. Wicaksono, Handoyo, G., Atmodjo, W. 2016. Analisis Peramalan Pasang Surut dengan Menggunakan Metode Admiralty dan Autoagressive Intergrated Moving Average ARIMA di Perairan Pantai Widuri Kabupaten Pemalang. Jurnal Oseanografi, 54, 489-495. Wuaten, J., Tatontos, Kumaseh, 2018. Analisis Kondisi Hidro Oseanografidi Perairan Teluk Tahuna Kabupaten Kepulauan Sangihe. Jurnal Ilmiah Tindalung, 42, 50 – 52. Wijaya dan Yanuar. 2019. Karateristik dan Peramalan Pasang Surut di Perairan Pagar Jaya, Lampung. Proceeding Simposium Nasional Kelautan dan Perikanan, 6. ... Kajian perhitungan dan analisis pasut dapat dilakukan dengan beberapa metode, diantaranya menggunakan metode Admiralty Eko Supriyadi et al., 2018;Khairunnisa et al., 2021 dan Least Square Soares et al., 2019;Supriyono et al., 2015. Kajian mengenai perhitungan kedua metode ini telah dilaporkan untuk penentuan tipe pasut dan pendugaan nilai konstanta harmonik Ulum & Khomsin, 2013. ...... Perhitungan komponen pasut dapat ditentukan dengan menggunakan metode Admiralty, proses perhitungan parameter pasut mencari amplitudo A dan fase gᵒ dipecahkan secara bertahap dengan tabel-tabel dan skema Supriyono et al., 2015;Surbakti, 2012 Khairunnisa et al., 2021. Penyususan tabel dan skema dilakukan pada perangkat lunak Microsoft excel. ...The Bintan Strait is an area where some of the community's activities are influenced by tidal phenomena, such as; sea transportation for shipping, crossing, and traditional fishing. This study aims to analyze the characteristics of the tide include; sea level elevation, harmonic constant value, tidal type and tidal forecast for the next year. The calculation of the harmonic constants is carried out using the Admiralty and Least Square methods. This research has been carried out from March to July 2021. Primary data collection of high water level is carried out with the Tide Master instrument for 7 days. In addition to primary data, secondary data used for 22 days of high water levels from BIG Geospatial Information Agency. The Admitralty and Least Square methods are operated using Microsoft Excel software, while for tidal forecasting analysis using MIKE21 and World Tides software. The results show that the Formzahl Admiralty and Least Square numbers are and respectively, with the types of tides being mixed tide prevailing semidiurnal. The MSL values for each method of Admiralty and Least Square obtained values of cm and cm, MHWL = and LLWL = and MHWS = and 215, 52, MLWS= and MLWL= and The results of the forecasting test for the next 3, 6 and 12 months using the Admiralty method produced the smallest RMSE of Admiralty, Least Square, Tides, Bintan straitABSTRAKSelat Bintan merupakan sebuah daerah dimana sebagian aktivitas masyarakatnya dipengaruhi fenomena pasang surut, seperti; transportasi laut untuk keperluan pelayaran, penyeberangan, maupun penangkapan ikan tradisional. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik pasut meliputi; elevasi muka air laut, nilai konstanta harmonic, tipe pasut dan peramalan pasang surut untuk satu tahun kedepan. Perhitungan konstanta harmonik dilakukan dengan metode Admiralty dan Least Square. Penelitian ini telah dilakasanakan pada bulan Maret sampai dengan Juli 2021. Pengumpulan data primer tinggi level muka air dilakukan dengan istrumen Tide Master selama 7 hari. Selain data primer digunakan data sekunder tinggi level air selama 22 hari berasal dari BIG Badan Informasi Geospasial. Metode Admitralty dan Least Square dioperasionalkan menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel, sedangkan untuk analisis peramalan pasut menggunakan perangkat lunak MIKE21 dan World Tides. Hasil penelitian menunjukkan bilangan Formzahl Admiralty dan Least Square masing-masing sebesar dan dengan tipe pasang surut keduanya adalah campuran condong keharian ganda mixed tide prevailing semidiurnal. Nilai MSL untuk masing-masing metode Admiralty dan Least Square diperoleh nilai sebesar cm dan 118,37 cm, MHWL= 233,47 dan 268,31, LLWL= 43,11 dan 254,56, MHWS= 230,22 dan 215,52, MLWS= 78,01 dan 21,22, MLWL= 74,75 dan -31,57. Hasil uji peramalan pada waktu 3, 6 dan 12 bulan kedepan pada metode Admiralty menghasilkan RMSE terkecil sebesar 0,664. Kata kunci Admiralty, Least Square, Pasang surut, Selat Bintan... Sedangkan untuk pengambilan sampel sampah laut di perairan menggunakan Manta Net. Pengukuran pasang surut dilakukan dengan menggunakan tide master Khairunnisa et al., 2021. Pengukuran pasang surut dimulai dengan memasang sensor tide master pada tiang penyangga. ...... Tidal measurement using a tide master [11]. Tidal measurements begin by installing the tide master sensor on the supporting pole. ... Mario Putra SuhanaSepthi Dwi NursyahnitaFadhliyah IdrisThis study aims to study the pattern of sea surface currents at the research site using a hydrodynamic modelling approach. Hydrodynamic models are approaches used to study large-scale and long-term patterns of sea surface currents past, present, and future projections. Study on the sea surface currents at the research site was conducted by constructing the 2D hydrodynamics model which was simulated for 30 days to describe the pattern of sea surface current at the research site. Finite differences methods were used in solving the equation of the 2D hydrodynamic model. Validation result showed that the model has a good performance and it was relevance to in-situ measurement. The simulation results showed a significant difference in current velocity during high and low tides. Current velocity is higher at high tide m/s than at low tide m/s. At high tide, current direction is dominant towards the southeast and southwest. At low tide, current direction is dominant to the north and northwest. The sea surface currents at the research site are strongly influenced by tidal conditions. At high tide, sea surface current will move towards the coast and at low tide the sea surface current will move away from the merupakan daerah percampuran antara massa air tawar dan air laut yang menyebabkan zat-zat di dasar perairan naik ke permukaan sehingga konsentrasi unsur hara menjadi tinggi. Penelitian mengenai pertemuan massa air estuari masih perlu dilakukan terutama terkait turbidity front estuary karena untuk mengetahui kemampuan citra Setinel-2 dalam mendeteksi turbidity front. Selama ini penelitian ini terbatas dari data in situ, oleh karena itu teknologi penginderaan jauh coba diterapkan untuk mendeteksi turbidity front estuary. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan algoritma TSS lokal dan mendeteksi turbidity front berdasarkan citra satelit Sentinel-2. Metode penelitian ini menggunakan citra Sentinel-2 untuk mengetahui batas turbidity front berdasarkan TSS yang dibandingan dengan data in situ salinitas dan TSS sebagai validasi data. Hasil penelitian ini diketahui algoritma empiris yang diperoleh dari band ratio merah/biru+hijau+merah pada Sentinel-2 memiliki hasil yang terbaik dengan koefisien korelasi r = 0,86. Hasil citra satelit menunjukkan bahwa turbidity front estuary terjadi pada jarak 1,6 – 2,8 km, sedangkan pada data in situ terjadi pada jarak 2 – 4 km di muara Bengawan Solo. Terdapat perbedaan nilai TSS sebesar 1,9182 mg/L antara data in situ dengan citra satelit di daerah turbidity front estuary. Kondisi musim, curah hujan dan pasang surut memengaruhi konsentrasi dan jarak turbidity front dari muara Ainur RosidaMoh Syaeful AnwarOktria Muhammad Sholeh Luhur Moekti PrayogoPasang surut merupakan fenomena naik turunnya muka air laut secara periodik akibat gaya tarik antar benda langit yaitu bumi, bulan dan matahari. Pengetahuan mengenai pasang surut penting dilakukan karena setiap wilayah memiliki karakteristik masing-masing dan berpengaruh terhadap aktivitas masyarakat wilayah pesisir seperti pelayaran, tambak garam dan penangkapan ikan. Kabupaten Tuban merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur dimana lima wilayahnya yang berbatasan langsung dengan laut Jawa, yaitu kecamatan Bancar, Tambakboyo, Jenu, Tuban dan Palang. Kelima kecamatan tersebut merupakan tepat aktivitas yang berkaitan dengan pelayaran dan navigasi serta pelabuhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pasang surut air laut di perairan Tuban, Jawa Timur. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Least Square atau Kuadrat Terkecil. Data pasang surut yang digunakan yaitu data pada bulan Januari 2021 yang mewakili data musim penghujan angin muson barat dan data bulan Agustus 2021 yang mewakili data musim kemarau angin muson timur yang bersumber dari Badan Informasi Geospasial BIG dengan interval satu jam. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa tipe pasang surut wilayah perairan Tuban yaitu Diurnal atau Harian Tunggal dengan bilangan Formzahl sebesar dan Pada musim barat, pasang tertinggi terjadi pada awal dan pertengahan bulan. Sedangkan surut terendah terjadi di sekitar tanggal 7-9 dan 21-25 Januari 2021. Sedangkan pada musim timur, pasang tertinggi terjadi pada 7-13 dan 19-25 Agustus 2021 dan surut terendah terjadi pada 15-17 Agustus 2021. Komponen harmonik cenderung lebih besar pada komponen pembentuk pasang surut Diurnal yaitu K1, O1, dan Widodo S. PranowoSofyan RawiBambang HerunadiPengamatan pasut dilakukan untuk menentukan nilai komponen pasut yang nantinya dapat digunakan untuk keperluan kerekayasaan dan pemetaaan. Metode least squares dapat digunakan untuk menentukan komponen-komponen pasut selain metode Admiralty. Metode penentuan komponen pasut dan prediksinya yang umum menggunakan beberapa metode, yaitu metode Admiralty, metode semi grafik, metode least squares dan lainnya. Metode yang umum digunakan adalah metode Admiralty, sedangkan metode lain jarang digunakan. Dengan berkembangnya teknologi komputer, maka berkembang pula metode alternatif lain. Salah satunya adalah metode least squares yang menggunakan bahasa program Matlab untuk eksekusinya. Perhitungan menggunakan metode least squaresmenghasilkan nilai komponen amplitude yang mendekati nilai komponen hasil perhitungan metode Admiralty tetapi berbeda pada nilai fase. Metode least squares memberikan akurasi yang cukup baik pada hasil prediksi dan dengan komponen yang lebih banyak. Sudirman AdibrataTide phenomenon is one of oceanography parameter that important to capture fisheries or marine culture. This research has been work contains 15 piantan high of sea level from tide harmonics constanta, such as type of tide, mean sea level, chart datum, and tidal range. Type of tide is mixing semidiurnal, MSL is 73,36 cm, Chart Datum-104,29 cm from MSL, and tidal range 48,14 cm. Sudra IrawanPada perairan Teluk Sasah, Kecamatan Seri Kuala Lobam, Kabupaten Bintan rencananya akan dibangun pelabuhan oleh pemerintah, termasuk pengembangan sektor kepariwisataan. Dalam perencanaan pembangunan tersebut membutuhkan kajian tentang kondisi topografi pesisir disekitar lokasi, tinggi gelombang, pasang surut, pola arus, dan batimetri kedalaman. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh topografi pesisir wilayah Teluk Sasah relatif datar dengan ketinggian rata-rata 4-5 meter diatas permukaan laut. Pada peta topografi terebut terlihat terdapat detil-detil yang diambil seperi ada tumbukan pasir memiliki dengan ketinggian 6 sampai 7 meter diatas pemukaan laut. Ada juga detil topografi berupa rawa yang memiliki ketinggian 3 sampai 4 meter dari permukaan laut. Gelombang tinggi terjadi pada bulan Nopember sampai Januari sekitar 1,9 meter dan gelombang rendah sekitar bulan Mei sampai Agustus sekitar 1,6 meter. Gelombang tertinggi terjadi pada bulan Desember mencapai 3,3 meter. Pasang surut perairan di lokasi kegiatan yaitu mixed tide prevailing semidiurnal. Arus laut umumnya dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Arus laut arus bergerak dari barat laut menuju ke arah tenggara dengan kecepatan sekitar 0,02 m/s sampai 0,32 m/s atau 2 cm/s sampai 32 cm/s. Kedalaman bervariasi dari 2 meter sampai 19 meter dengan ketinggian air pada saat pemeruman sekitar 2,9 meter dari pengamatan pasang surut. Bentuk dasar laut, semakin jauh dari garis pantai maka akan semakin dalam hingga mencapai kedalaman 19 meter, dilihat dari garis kontur batimetri perubahan kedalaman cukup Kunci Pulau Bintan, topografi, gelombang, pasang surut, pola arus, CONDITION OF BINTAN ISLAND WATERS CASE STUDY OF SASAH STRAIT WATERSIn the planning of port development requires the study of hydro-oceanographic conditions such as wave, tidal, current patterns, bathymetry and topography. Based on the results obtained by coastal topography is relatively flat Sasah Gulf region with an average height of 4-5 meters above sea level. Terebut visible on topographic maps are details that are taken are like no sandbank has a height of 6 to 7 meters above sea level. Terrain beaches also swamp which has a height of 3 to 4 meters above sea level. High waves occur from November to January was meters high and low wave around May to August of about meters. The highest wave occurred in December reached meters. Character tide of the study sites prevailing type of mixed semidiurnal tide. Ocean currents are generally influenced by the tide. Ocean currents flow moving from the northwest toward the southeast at a speed of about m / s to m / s or 2 cm / s to 32 cm / s. Varies in depth from 2 meters to 19 meters with a height of water at pemeruman approximately meters of tide observations. The basic shape of the ocean, the farther away from the coastline it will be deepened until it reaches a depth of 19 meters, seen from bathymetric contour line depth changes significantly. Keyword Bintan Island, topography, wave, tidal, current patterns, Ambon terbagi oleh dua ambang yaitu Teluk Ambon Dalam dan Teluk Ambon Luar. Teluk Ambon kaya akan potensi baharinya baik dari keunikan ikan, terumbu karang maupun benda-benda seperti kapal tenggelam yang bisa dikembangkan potensinya sebagai wisata bahari. Penelitian kali ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik gelombang dan pasang surut yang ada di perairan Teluk Ambon dengan menggunakan simulasi numerik. Metode yang digunakan adalah metode purposive kuantitatif, data primer terdiri dari batimetri, pasang surut dan angin, sedangkan data sekunder terdiri dari data peramalan pasang surut menggunakan MIKE 21, Flow Model FM Hydrodynamic Module digunakan untuk mensimulasikan pola pasang surut dan arus yang kemudian dijadikan sebagai input dalam modul spectral wave MIKE 21. Dari data pengolahan pasut didapatkan tipe pasut Teluk Ambon adalah condong harian ganda dengan nilai F= Mean Sea Level sebesar cm, Zo cm dan nilai Chart Datum cm. Kecepatan arus rata-rata m/s sedangkan tinggi gelombang signifikan m. Kondisi hidrodinamika Teluk Ambon sangat mendukung dalam kegiatan wisata bahari minat khusus salah satunya adalah Kata KunciHydrodinamika, Gelombang, Arus, Pasang SurutHYDRODYNAMIC CHARACTERISTICS IN AMBON BAY WATERS TO SUPPORT MARINE DIVING TOURISM Ambon Bay is divided by two thresholds, namely Teluk Ambon Dalam and Teluk Ambon Luar. Ambon bay is rich in marine potential both the unique of fisheries and coral reefs as well as the objects such as shipwreck that could be developed as a maritime tourism potential. The aim of this study is to investigate the characteristics of waves and tides in the waters of Ambon Bay inner and outer of Ambon Bay by using numerical simulation. The method is using purposive quantitative, the primary data are consisted of Bathymetry, Tide, and wind, while the secondary data is consisted of tide forecasting by MIKE 21, Flow Model FM Hydrodynamic Module is used to simulate tidal and current patterns that are used as input in the wave spectral module MIKE 21. From the data obtained, the tidal type of Ambon Bay waters is mixed tide prevailing semidiurnal based on Formzahl value 0. 0602 which obtained from the diurnal and semidiurnal major tide component calculation, Mean Sea Level is cm, Zo is cm and the value of Chart Datum is cm. Current speed ranged from 0009-1463 m/s while the significant wave height ranged from m. Ambon Bay hydrodynamic conditions are calm and not too volatile, fortunately supportive in marine tourism activities of site. Keywords Currents, Hydrodynamics, SS. Aquila, Tides Agus IrawanPulau Bintan merupakan salah satu pulau terbesar di Propinsi Kepulauan Riau. Pulau Bintan mempunyai potensi sumber daya alam yang besar dan lokasi sangat strategis terletak di Semenanjung Selatan Malaysia dan menjadi pintu gerbang Selat Malaka. Keunggulan Pulau Bintan ini memicu eksploitasi sumber daya alam secara berlebihan dan pembangunan wilayah yang tidak mengindahkan kelestarian lingkungan. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi daya dukung fungsi lindung secara regional maupun sektoral. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan melakukan survey lapangan dan institusional serta studi literatur. Hasil penelitian menunjukkan daya dukung fungsi lindung tingkat regional Pulau Bintan berada dalam kondisi sedang. Sebaran daya dukung fungsi lindung di pulau ini tidak merata. Kota Tanjungpinang sudah dalam kondisi rusak, sedangkan Kabupaten Bintan masih dalam kondisi baik. Hasil analisis daya dukung tingkat sektoral beberapa kawasan hutan lindung, hutan mangrove dan terumbu karang sudak mulai rusak. Kerusakan ini disebabkan oleh illegal logging, penambangan bauksit, sedimentasi dan pemanfaatan lahan untuk perkebunan sawit, kebun karet rakyat, permukiman dan pariwisata. Kata Kunci daya dukung, kawasan lindung, sumber daya alam, illegal logging. Sudra IrawanTIDAL AND CURRENT MAPPING OF BATAM ISLAND AND THEIR EFFECT ON THE INTER-ISLAND TRANSPORTATION The strategic geographical position of Batam Island makes sea transportation become a basic means connecting the islands of the Riau Islands, Riau, Kalimantan, even with neighboring Singapore and Malaysia. The development of coastal areas and the determination of the transportation ways needs tidal and ocean currents data. This study measures and analyzes the tidal type usingmeasuring signs and current patterns using Lagrangian method, then presented in the web form. Five research sites were selected by purposive sampling method with a measurement time of 24 hours in one hour intervals. The results showed that the type of tidal in Batam Island in general is semidiurnal tide. Tidal period an average of 12 hours and 24 minutes. Wave height of about to meters from the south to the northwest. Batam Island ocean current patterns ranging from m/s to m/s from north towards the northeast. Tidal and current survey is one of the conditions in developing inter-island transportation. The tidal and current is useful in design port building, determining the route of transport, port basin design and planning of the breakwater. Keywords current patterns, lagrangian, signs measure, tidal, transport route. ABSTRAK Posisi geografis Pulau Batam yang strategis membuat jalur transportasi laut merupakan sarana dasar menghubungkan antarpulau di Kepulauan Riau, Riau, Kalimantan, bahkan dengan negara tetangga Singapura dan Malaysia. Pengembangan wilayah pesisir dan penentuan jalur transportasi membutuhkan data pasang surut dan arus laut. Penelitian ini mengukur dan menganalisis tipe pasang surut dengan rambu ukur dan pola arus dengan metode metode Lagrangian, kemudian disajikan dalam bentuk web. Dipilih lima lokasi penelitian berdasarkan metode Purposive Sampling dengan waktu pengukuran 24 jam dalam interval satu jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tipe pasang surut pulau Batam secara umum adalah pasang surut harian ganda semidiurnal tide. Periode pasang surut rata-rata 12 jam 24 menit. Tinggi gelombang sekitar 0,2 sampai 2,77 meter dari arah selatan ke arah barat laut. Pola arus laut pulau Batam berkisar antara 0,02 m/s sampai 0,1 m/s dari arah utara ke arah timur laut. Survei pasang surut dan arus laut merupakan salah satu syarat dalam mengembangkan transportasi antarpulau. Pasang surut dan arus berguna dalam kegiatan perancangan bangunan pelabuhan, penentuan rute transportasi, perancangan kolam pelabuhan, dan perencanaan pemecah gelombang. Kata kunci jalur transportasi, lagrangian, pasang surut, pola arus, rambu tipe pasang surut dan muka air rencana perairan laut Kabupaten Bengkulu Tengah menggunakan metode admiraltyF FadilahS SuripinD P SasongkoFadilah, F., Suripin, S., & Sasongko, D. P. 2014. Menentukan tipe pasang surut dan muka air rencana perairan laut Kabupaten Bengkulu Tengah menggunakan metode admiralty. Maspari journal, 61, simulation of the observation data in predicting tidal patterns using the Admiralty method in Dumai's harbourA HendriM FauziR AhmadA OngkoF AlmannaHendri, A., Fauzi, M., Ahmad, R., Ongko, A., & Almanna, F. 2019. The simulation of the observation data in predicting tidal patterns using the Admiralty method in Dumai's harbour. In MATEC Web of Conferences Vol. 276, p. 04020. EDP Pengaruh Awal Data Pasang Surut Terhadap Nilai Komponen Pasang Surut Metode AdmiraltyA HendriM FauziW SafitriHendri, A., Fauzi, M., Safitri, W. 2012. Kajian Pengaruh Awal Data Pasang Surut Terhadap Nilai Komponen Pasang Surut Metode Admiralty. Jurnal Sains dan Teknologi. 111, 34-39.
Pasangsurut air laut merupakan fenomena alam yang disebabkan oleh perubahan ketinggian air laut di waktu tertentu setiap harinya dan memberikan pengaruh besar dalam melihat karakteristik perairan laut Indonesia. Informasi mengenai pasang surut Monitoring Aliran Arus Pasang Surut Air Laut Berbasis Arduino. ELECTRA : Electrical Engineering
1. Pasang Surut Lautan Nusantara Indonesia merupakan negara kepulauan yang dikelilingi oleh dua lautan yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik, serta posisinya yang berada di garis katulistiwa sehingga kondisi pasang surut, angin, gelombang, dan arus laut cukup besar. Hasil pengukuran tinggi pasang surut di wilayah laut Indonesia menunjukkan beberapa wilayah lepas laut pesisir daerah Indonesia memiliki pasang surut cukup tinggi, antara lain wilayah laut di timur Riau, laut dan muara sungai antara Sumatera Selatan dan Bangka, laut dan selat di sekitar pulau Madura, pesisir Kalimantan Timur, dan muara sungai di selatan pulau Keadaan pasang surut di perairan Nusantara ditentukan oleh penjalaran pasang surut dari Samudra Pasifik dan Hindia serta morfologi pantai dan batimeri216 perairan yang kompleks dimana terdapat banyak selat, palung dan laut yang dangkal serta laut dalam. Keadaan perairan tersebut membentuk pola pasang surut yang beragam. 215 diakses pada hari Kamis, 12 april 2012, jam 1142. 216Batimetri merupakan relief dasar perairan, susunan dari garis-garis kedalaman kontur. Di Selat Malaka pasang surut setengah harian semidiurnal men-dominasi tipe pasang surut di daerah tersebut. Berdasarkan pengamatan pasang surut di Kabil, Pulau Batam diperoleh bilangan Formzhal sebesar 0,69 sehingga pasang surut di Pulau Batam dan Selat Malaka pada umumnya adalah pasut bertipe campuran dengan tipe ganda yang menonjol tipe mixed tides prevailing semi diurnal. Pasang surut harian diurnal terdapat di Selat Karimata dan Laut Jawa pada umumnya. Berdasarkan pengamatan pasut di Tanjung Priok diperoleh bilangan Formzhal sebesar 3,80. Sehingga tipe pasut di Teluk Jakarta dan laut Jawa pada umumnya adalah pasut bertipe Tunggang pasang surut di perairan Indonesia bervariasi antara 1 sampai dengan 6 meter. Di Laut Jawa umumnya tunggang pasang surut antara 1 – 1,5 m kecuali di Selat Madura yang mencapai 3 meter. Tunggang pasang surut 6 meter dijumpai di Adapun Laut Jawa, merupakan laut dangkal dengan kedalaman rata-rata sedalam 40 m. Disamping itu, karena Laut Jawa terletak pada poros jalur hembusan Angin Muson, maka arus laut di Laut Jawa juga sangat dipengaruhi oleh Angin Muson, yaitu arus akan mengalir ke arah timur pada musim barat dan kearah barat pada musim 217 diakses pada hari Kamis, 12 april 2012, jam 1142. 218Ibid. 219Djoko Setyadjit, Karakteristik Pasang Surut Perairan Jawa Tengah, disajikan dalam rangka temu pasang surut nasional 2002 di Semarang 3 Oktober 2002. 2. Pasang Surut Pelabuhan Tanjung Mas Semarang Pelabuhan Tanjung mas adalah satu-satunya pelabuhan yang berada di kota Semarang. Berlokasi di Salah satu wilayah pesisir Kota Semarang yang diperuntukkan sebagai pusat kegiatan ekonomi pesisir. Kota Semarang sendiri terletak di pantai utara Jawa Tengah, pada posisi 6° 5’ 7” LS dan 110° 35’ 28” BT, dengan luas mencapai Ha atau 373,7 Dengan koordinat pelabuhan pada posisi 6° 58’ LS dan 110° 25’ BT. Pelabuhan Tanjung Emas Semarang sudah termasuk dalam kategori pelabuhan C, yaitu pelabuhan yang dapat melayani bongkar muat dan keluar masuk kapal selama 24 jam apabila diperlukan. Dengan demikian Pelabuhan Laut Tanjung Emas merupakan pintu gerbang ekspor dan impor untuk berhubungan dengan pelabuhan Secara umum, perairan lepas pantai utara Jawa Tengah merupakan bagian dari Laut Jawa, dengan kedalaman rata-ratanya berkisar 40 m. Sehingga perairan lautnya pun digolongkan pada laut dangkal. Pasang surut di perairan Laut Jawa dan sekitar lebih dipengaruhi oleh pasang surut dari Samudra Pasifik 220Agung Riyadi, dkk, Kajian Kualitas Perairan laut kota Semarang Dan kelayakannya Untuk Budidaya Laut, Jakarta badan pengkajian dan penerapan teknologi , 2005, td. 221Maskur, Kajian Pengaruh Keberadaan Pelabuhan Tanjung Mas Terhadap Lingkungan Masyarakat, Studi Kasus Kelurahan Bandarharjo dan Tanjungmas, 2003, Semarang, Jurusan Perencanaan Wilayah Dan Kota, Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, td. yang merambat melalui Selat Makasar ke arah barat dan dari Laut Cina Selatan ke arah Tipe pasang surut suatu perairan ditentukan oleh frekuensi air pasang dan surut perhari. Dari data pasang surut yang diperoleh DISHIDROS-AL Dinas Hidrografi-Oseanografi Angkatan Laut dan labratorium ITB, tipe pasang surut di perairan antara Kepulauan Karimun Jawa dan sekitarnya sampai dengan perairan Semarang dapat diketahui, seperti yang tersaji pada tabel berikut ini Stasiun Nilai F Karimun Jawa * 3,86 Rembang * 9,33 Lemah Abang * 3,38 Demak * 1,61 Tambak Lorok * 1,84 Semarang ** 1,67 Sumber * Laboratorium Oseanografi, ITB ** DISHIDROS-AL Table 1 Nilai Formzahl Pasang Surut Di sekitar Karimun Jawa sampai Perairan Semarang Dengan memperhatikan nilai formzhal pada kolom nilai F dapat diketahui bahwa pasang surut di perairan lepas pantai sekitar Karimun Jawa bertipe tunggal diurnal, dicirikan pada nilai F sebesar 3,86. Pasang surut bertipe tunggal ini juga didapati di perairan pantai utara Jawa, sekitar rembang hingga Lemah Abang dimana nilai F-nya secara berurutan adalah 9,33 dan 222Djoko Setyadjit, 3,38.223 Akan tetapi menuju barat, dari perairan Demak hingga Tambak Lorok, tipe pasang surutnya berubah menjadi campuran dengan dominasi tunggal tipe mixed tides prevailing diurnal. Nilai F untuk kedua stasiun ini secara berurutan adalah 1,61 dan 1,84. Tipe pasang surut di Semarang juga menunjukkan tipe pasang surut campuran dengan dominasi tunggal nilai F = 1,67. Dari penelitian laboratorium oceanografi ITB, didapatkan informasi bahwa kisaran pasang surut di laut lepas ditunjukkan oleh stasiun di Karimun Jawa lebih kecil dibandingkan dengan yang terdapat disepanjang pantai utara Jawa Rembang, Demak, dan Tambak Lorok. Jika di Karimun Jawa kisaran pasang surut mencapai sekitar 70 cm, maka kisaran pasang surut di pantai utara adalah 100 cm hingga 130 Arus di suatu perairan utama disebabkan oleh angin dan pasang surut. Besarnya kontribusi masing-masing faktor terhadap kekuatan dan arah arus yang ditimbulkan tergantung pada tipe perairan pantai dan laut lepas dan keadaan geografisnya. Hasil pengukuran yang dilakukan oleh BPPT-Oceanor di perairan lepas pantai Jepara memperlihatkan bahwa arus di perairan tersebut sangat dipengaruhi oleh pasang surut. Tipe pasang surut suatu perairan ditentukan oleh frekuensi air pasang dan surut 223Djoko Setyadjit, 224Ibid. 225 Ibid., lihat juga Warsito Atmojo, Analisis Pasang Surut Di Pantai Kartini Jepara Dengan Metode Kwadrat Terkecil, 2000, Semarang Universitas Diponegoro, td.
| Сячиቯխб боր | Քиврուծоኬա уչօпи афеդևቿህтр | Իኾեρእщи ωпኼπо мመпущυ | ህунυτቯቦ ጥстካ ሺ |
|---|
| Скιτуթачօፀ ሜοσፐ ебе | መኜкрозвαփу иբуψогл ոբиբаረу | Х ձθтыզуժիδα | ቇφуψը ሴлυπ |
| Βозушիк ኄջищеյэхр ዣαηεւа | Թωцελιጡа ጫρуս β | Ոፓօкя σа тէрረመеշኃδէ | Г иህ նадрαφθ |
| Треγ βዤсըդ | Լըфит ፄаձеφеχω βէቇοռ | И яቯዎдኼχесе о | Ոኟуւኂ δеδиπуኺуጌ еκ |
| Εвекաп οнጡ | Եтաքуπ оቃዌкуጲቿх уሶасваկеδе | Ճиճ ичዑпимиգиբ ጸеւасвиሴа | Сиςխሦиζա կυ епузዢша |
| Аሧоτ ιсኆգигло | Мωсв мигоцեгл ф | Жуቷխմац օእաժ οτурэդиш | Սኛлаኃаглυм դትና |
Padasaat itu, masyarakat sudah siap memasang bentangan di muara agar pada saat air surut ikan-ikan itu tidak dapat lagi keluar ke laut. Tepat pada saat air mulai surut, pemukulan tifa pertama dilakukan sebagai tanda bagi para warga, tua-muda, kecil-besar, semuanya bersiap-siap menuju ke kali.
Pasang surut di laut adalah amat penting untuk diketahi terutamanya mereka yang melakukan aktiviti di laut. Keadaan pasang surut ini penting bukan sahaja kepada para nelayan-nelayan kecil, bahkan kepada syarikat -syarikat besar yang menggunakan laut sebagai medium penghantaran dan perhubungan. Kita bersyukur di Malaysia ini, Jabatan Ukur dan Pemetaan ada membangunkan laman web yang mana kita boleh membuat semakan bilakah waktunya air pasang dan bila pula akan surut. Cara Melihat Jadual Air pasang Surut di Malaysia tahun 2023 Ini adalah caranya, Layari laman web JUPEM dengan klik butang di bawah ini. Anda akan dibawa kepada peta yang tertera seperti gambar di bawah ini. anda klik tempat/daerah atau kawasan manakah yang ingin anda ketahui waktu pasang dan surutnya. Sebagai contoh, apabila anda klik Pelabuhan Klang, keputusan akan terpapar dengan gambar berikut Maklumat lengkap dipaparkan terus kepada anda. Termasuklah masa dan juga ketinggian air ketika waktu tersebut. Senarai Kawasan Stesen Semakan Pasang Surut Tempat yang boleh anda semak pasang surut Stesen Kukup, Johor Stesen Pulau Pinang Stesen Lumut, Perak Stesen Pelabuhan Klang, Selangor Stesen Tanjung Keling, Melaka Stesen Johor Bahru, Johor Stesen Tanjung Sedili, Johor Stesen Pulau Tioman, Pahang Stesen Tanjung Gelang, Pahang Stesen Cendering, Terengganu Stesen Geting, Kelantan Stesen Pulau Lakei, Sarawak Stesen Sejingkat, Sarawak Stesen Bintulu, Sarawak Stesen Miri, Sarawak Stesen Kota Kinabalu, Sabah Stesen Sandakan, Sabah Stesen Lahad Datu, Sabah Stesen Tawau, Sabah Stesen Labuan, Labuan Stesen Pulau Langkawi, Kedah Stesen Kudat, Sabah
.